Dede Samsul Ma’arif: Pendidik, Petani, dan Pejuang Ketahanan Pangan dari Desa Petirhilir
Di tengah derasnya arus
modernisasi dan urbanisasi, masih ada sosok-sosok inspiratif yang memilih untuk
membangun tanah kelahirannya melalui jalan sunyi pertanian dan pendidikan.
Salah satunya adalah Dede Samsul Ma’arif, tokoh tani dari Desa Petirhilir, Kecamatan
Baregbeg, Kabupaten Ciamis. Lulusan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
(Unpad) Bandung dan lulusan Pendidikan Matematika Universitas Terbuka ini, tidak hanya aktif sebagai Ketua Perhimpunan Tani Desa
Petirhilir, tetapi juga menjalani pengabdian sebagai pendidik di MTs Darul Ulum mengajar mata pelajaran matematika.
Kiprah Dede tak hanya
menggambarkan figur petani biasa, melainkan cerminan petani intelektual yang
memadukan ilmu akademis, semangat sosial, dan visi pembangunan desa berbasis
kemandirian pangan. Sosoknya yang sederhana, rendah hati, namun penuh determinasi
menjadikan dirinya sebagai panutan dan penggerak di lingkungannya
Dari Fakultas Peternakan ke Ladang Perjuangan
Perjalanan Dede Samsul Ma’arif
dimulai dari kampus ternama di Bandung. Di Fakultas Peternakan Unpad, ia
mendalami ilmu tentang hewan ternak, manajemen kandang, nutrisi, hingga
pengelolaan usaha peternakan secara profesional. Tak seperti sebagian besar lulusan
perguruan tinggi yang mengejar karier di kota besar, Dede memilih untuk kembali
ke tanah kelahirannya di Ciamis. Keputusan ini bukan tanpa pertimbangan. Ia
percaya bahwa desa adalah tempat yang strategis untuk membangun ketahanan
pangan dan mencetak generasi muda yang berdaya.
Dengan latar belakang keilmuan
yang kuat, Dede mengawali kiprahnya di bidang peternakan. Ia pernah
mengembangkan usaha ternak ayam kampung jenis Sentul, salah satu plasma
unggulan khas Jawa Barat. Uniknya, telur-telur ayam hasil ternaknya tidak hanya
dikonsumsi secara lokal, melainkan juga berhasil dipasarkan ke supermarket Guna
Salma di Kawali. Hal ini menunjukkan kapasitas Dede dalam membangun mata rantai
usaha tani dari hulu ke hilir, dari kandang ke rak swalayan.
Bertani Padi dengan Sistem dan Ketekunan
Tidak hanya berhenti pada dunia
peternakan, Dede juga menekuni usaha tani padi di lahan pertanian sekitar desa.
Berbeda dengan praktik pertanian konvensional, Dede dikenal sebagai petani yang
mengedepankan keteraturan dan efisiensi dalam sistem tanam. Barisan tanaman
padinya tersusun rapi, dengan jarak tanam yang seragam, teknik pemupukan yang
tepat waktu, dan sistem irigasi yang tertata. Hasilnya? Padi yang tumbuh dengan
subur dan seragam, menciptakan hamparan sawah yang memanjakan mata.
Banyak warga desa dan petani lain
yang menjadikan lahan milik Dede sebagai contoh praktik pertanian yang baik
(good agricultural practices). Bahkan, hasil panennya sering kali di atas
rata-rata petani lain di wilayah tersebut. Hal ini tidak terlepas dari
kecermatannya dalam memilih bibit unggul, perawatan intensif, serta
keberaniannya mengadopsi teknologi baru dalam pertanian.
Perhimpunan Tani sebagai Wadah Kolaborasi
Sebagai Ketua Perhimpunan Tani
Desa Petirhilir, Dede tidak berjalan sendiri. Ia aktif mengorganisasi para
petani untuk membangun solidaritas dan saling berbagi pengetahuan. Di tengah
tantangan pertanian seperti fluktuasi harga, kesulitan pupuk, dan ancaman
perubahan iklim, keberadaan perhimpunan ini menjadi sarana strategis untuk
memperkuat posisi petani secara kolektif.
Melalui forum ini, Dede sering
mengadakan pelatihan tani, diskusi rutin tentang inovasi pertanian, hingga
menginisiasi kerjasama pemasaran hasil tani secara kelompok. Ia memahami bahwa
petani harus saling mendukung, berbagi informasi, dan memiliki akses yang adil
terhadap pasar agar dapat bertahan dan berkembang.
Tak jarang, Dede juga menggandeng
dinas pertanian, akademisi, serta komunitas pecinta lingkungan untuk ikut
terlibat dalam kegiatan perhimpunan. Ini menunjukkan bahwa ia tidak hanya
berpikir lokal, tetapi juga berpikir lintas sektor untuk memajukan pertanian
desa.
Mengabdi Lewat Dunia Pendidikan
Yang membuat sosok Dede semakin
istimewa adalah perannya sebagai pendidik. Ia mengajar di MTs Darul Ulum dan
dipercaya menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan. Di sela
kesibukannya mengelola pertanian, Dede tetap hadir di ruang kelas, membimbing
siswa, dan menanamkan nilai-nilai kejujuran, kerja keras, serta cinta terhadap
tanah air.
Ia sering kali membawa pengalaman
bertaninya ke dalam kelas, menjadikan pelajaran lebih kontekstual dan
inspiratif. Murid-muridnya tidak hanya belajar teori, tetapi juga nilai-nilai
praktis tentang kemandirian, ketekunan, dan pentingnya menjaga lingkungan. Dede
percaya bahwa pendidikan tidak hanya ada di dalam buku, tetapi juga tumbuh dari
interaksi dengan alam dan pengalaman hidup nyata.
Lebih dari sekadar profesi,
bertani bagi Dede Samsul Ma’arif adalah panggilan jiwa. Ia percaya bahwa desa
harus menjadi pusat kemandirian pangan, bukan sekadar penyedia tenaga kerja
untuk kota. Dengan ketekunan dan keteladanan, ia membuktikan bahwa menjadi
petani bukanlah pilihan terakhir, melainkan pilihan mulia yang memerlukan
kecerdasan, manajemen, dan dedikasi tinggi.
Dalam beberapa kesempatan, Dede
menyampaikan visinya untuk menjadikan Desa Petirhilir sebagai sentra pertanian
terpadu, yang menggabungkan aspek peternakan, pertanian, dan edukasi. Ia
bermimpi suatu hari nanti, desa ini bisa memiliki pusat pelatihan pertanian
berbasis sekolah alam, tempat di mana generasi muda bisa belajar langsung dari
praktik lapangan.
Sosok Dede Samsul Ma’arif adalah
contoh nyata bahwa perubahan besar bisa dimulai dari desa, dari ladang, dan
dari ruang kelas. Dengan menggabungkan ilmu akademis, semangat sosial, serta
keberanian untuk bertindak, ia berhasil membangun ekosistem pertanian dan
pendidikan yang saling menguatkan.
Ketekunannya dalam bertani,
keberaniannya dalam berinovasi, serta dedikasinya dalam dunia pendidikan
menjadikan Dede sebagai inspirasi bagi petani muda dan pendidik di seluruh
pelosok negeri. Di tengah tantangan zaman yang serba cepat dan digital, Dede memilih
jalan yang membumi: membangun dari akar, dari sawah, dan dari hati yang tulus.
Posting Komentar