Dilan 1990 VS Ayat-ayat Cinta
Dilan VS Ayat-ayat Cinta adalah perseteruan Dilan VS Fahri. Dua tokoh yang sangat melekat dan menjadi ikon di kedua film tersebut. Keduanya memiliki keunikan dalam memikat hati perempuan. Bukan hanya memikat tapi juga menjadi idola dan harapan segenap kaum hawa. Pembeda keduanya hanyalah generasi. Dilan diminati dan diidolakan generasi SMA-an saat ini, Fahri diminati dan diidolakan generasi usia matang untuk menikah. Singkat kata Dilan diminati remaja dan Fahri ibu-ibu.
Bagaimana dengan laki-laki? Mereka hanyalah korban dari kebiadaban kedua tokoh itu. Mengapa demikian? Karena kedua tokoh itu sudah dianggap sebagai panutan yang istimewa dan standar nilai yang tak tulis. Boleh jadi kaum laki-laki pun menginginkan sebuah film yang menjadi booming dengan tokoh-tokoh perempuan istimewa, sebut saja tokoh seperti Siti Aisah, Siti Fatimah, atau semua tokoh wanita yang memegang erat agamanya. Seorang tokoh perwmpuan yang penuh pesona, istimewa, tanpa ada celah jelek sedikitpun.
Dilan VS Fahri. Tokoh mana yang sekiranya menjadi panutan yang baik? Itulah kata kunci yang sebenarnya. Membandingkan keduanya tentu kita tidak bisa masuk menggunakan kajian perasaan. Bila saja penulis di usia belasan tentu penulis akan mengatakan Dilan lah yang terbaik, namun bila saja penulia di usia matang tentulah Fahri adalah tokoh yang terbaik. Oleh karena nya nilai ukur yang terbaik adalah norma.
Norma adalah aturan yang sudah tertera sebagai nilai dalam kehidupan. Norma Sosial, Norma Agama, Norma Susila, dll.
Norma Sosial
Tokoh Dilan memiliki karakter yang tempramental terhadap hal-hal yang dia tidak suka. Tokoh ini digambarkan sebagai anak geng motor yang berkedudukan sebagai panglima perang. Sangat suka menyenangkan hati orang lain
Tokoh Fahri memiliki karakter yang sangat dewasa dengan tidak pernah mau menyalahkan orang lain. Tokoh ini digambarkan sebagai orang yang berilmu dengan nilai kecerdasan yang sangat tinggi. Memiliki karakter sangat menghargai perbedaan.
Norma Agama
Tokoh Dilan digambarkan sebagai tokoh yang masih memegang teguh agama, sempat dalam beberapa kali dialog yang termunculkan adalah perilaku keagamisannya terlihat baik secara verbal maupun perilaku di dalam keluarganya.
Tokoh Fahri digambarkan sebagai tokoh yang sangat memegang teguh dan digambarkan sebagai tokoh pembawa pesan keagamaan. Semua ucapan dan tingkah lakunya di ceritakan sebagai gambaran agama.
Norma Susila
Tokoh Dilan dalam tataran keluarga dan lingkungan pribadinya masih dalam tarap memegang kesantunan dan kesopanan serta tidak ada cela sedikitpun dalam bertindak asusila. Namun bertindak terbalik di saat berada dalam lingkungan keilmuan atau sekolah. Beberapa kali terjadi penghardikkan terhadap pendidik, kurang menghargai keilmuan.
Tokoh Fahri digambarkan hampir tak ada cela sedikitpun dalam semua pergaulannnya. Guru, permpuan,tetangga, dll, semuanya diberikan tempat yang sangat terhormat dan baik.
Kedua tokoh tersebut sangat memiliki kemiripan. Letak perbedaannya hanyalah pada menghargai keilmuan. Dilan sangat tidak menghargai pendidik sedangkan Fahri sangat menghargai pendidik. Selain itu tokoh Dilan dan Fahri tergambar sangat jelas bahwa mereka digambarkan sebagai tokoh yang tidak kekurangan materi, artinya mereka adalah tokoh yang hidupnya berkecukupan.
Efek terhadap penonton
Beberapa kali penonton dibuatkan tersipu, menangis, dan yang sering adalah baper. Kedua tokoh tersebut telah mengihnotis kaum hawa tentang standar-standar baru dari seorang lelaki. Kecintaan dan ketakjuban yang kuat membuat mereka berhalusinasi tentang tokoh fiksi tersebut agar ada di dalam dunia nonfiksi. Inilah tokoh fiksi yang ditarik untuk menjadi nonfiksi.
Pertanyaannya jelekkah bila itu terjadi?
Dengan segala keistimewaan tokoh ini tentulah tidak jelek bila saja karakter tokoh yang diistimewakan adalah nilai-nilai kebaikan. Hanya saja nilai sisipan yang terdapat tokoh Dilan masih memiliki cacat karakter dalam penggambarannya. Hal ini tentu menjadi persoalan besar bisakah penonton menanggapi film secara dewasa? Habiburahman menginginkan terciptanya malaikat-malaikat di bumi.
Dilan, Fahri, dan Penulis
Ini hanya bagian akhir dari tulisan ini. Dengan penuh harap dan kerendahan hati menghaturkan agar tidak ada lagi film yang memunculkan tokoh ganda dalam karakternya, terkecuali dalam cerita teka-teki yang membuat orang untuk ikut berpikir. Penonton yang masih belum aham terhadap cerita akan sangat terobsesi dengan tokoh yang muncul, sangatlah bahaya bila tokoh tersebut melakukan tindakan-tindakan cela. Mumculkanlah tokoh yang menjadi mailaikat-malaikat di bumi agar kita pun menjadi damai.
Berhentilah menjadikan guru sebagai lelucon karena pintu gerbang kemajuan suatu bangsa adalah guru.
Iblis adalah makhluk Tuhan yang sangat taat beribadah. Sama halnya ketaatannya para Nabi dan Rosul. Namun Nabi dan Rosul memiliki Akhlak sedangkan iblis tidak berakhlak.
Tetaplah jaga generasi ini dengan akhlak, karena itu yang membedakan manusia dan iblis.
Posting Komentar